Arsip Kategori: 26 prajurit

1 jendral, 26 prajurit.

Satu Jendral. 26 Prajurit. Kami berjingkat-jingkat di atas rapuhnya rasa, merangkai aksara bersinergi demi makna

Buat saya, “kata” adalah analogi yang sempurna bagi konsep “sinergi”. Ketika satu aksara “y” atau “a” berdiri sendiri, mereka kosong saja, hanya mewakili dirinya sendiri. Namun gabungkan menjadi “ya”, dan seketika menjadi sebuah kata yang menandakan persetujuan.

Maka kini saya mengajak 26 prajurit aksara untuk menari bersama, menerjemahkan hasil olahan sel abu-abu di kepala saya menjadi berbagai konfigurasi.

Silakan disambi menyeruput segelas teh hangat, mungkin juga sepotong pisang goreng.
Anggap rumah sendiri, lalu silakan menari bersama kami. 🙂

-26 prajurit. terlena-

Apalagi yang kupunya selain kata,
Sarana tunggal mencapai makna?
Tapi terkadang tak cukup aksara
mencakup, menerjemahkan; rasa…

26 prajurit tanpa daya, terpaku
Seketika bisu saat asa membeku
Perahu ini sekaligus belenggu
Bungkam anganku dan tumpul jiwaku

Semakin tipis sabarku di sandiwara akbar ini.
Aku ini mengejar mimpi, bukan pundi-pundi.
Sudah saatnya berhenti sembunyi,
tegakkan kepala dan berpindah sekoci.

Mari.

-27 Oktober 2009-

-berbenah-

Tadinya kukira semudah itu berpindah rumah. Namun ternyata perlu banyak permisi sana-sini.
Dan toh, ketika antar RT kurang rukun, akhirnya pemilik rumah yang perlu mengalah.

Rumah baru ini, akan banyak penghuni lama : prajurit-prajurit saya dengan berbagai konfigurasi rasa dan makna.
Agar rumah ini nyaman, saya pajang-pajang dahulu berbagai kenangan.
Cuplikan momen masa lalu ketika kami pernah menari bersama.

Silakan disambi menyeruput segelas teh hangat, mungkin juga sepotong pisang goreng.
Anggap rumah sendiri, lalu silakan menari bersama kami.

-kompromi-

ternyata kata cuma kumpulan aksara
saling bersisian dalam konfigurasinya
tanpa asosiasi dan tanpa makna
tetap tak mampu sampaikan rasa
tetap lumpuh ketika harus salurkan asa

sedari tadi hati dan otakku mencoba susun dua puluh enam aksara yang tersedia supaya bisa sampaikan apa yang kurasa.
tapi rupanya mereka berbeda bahasa.

maaf jika untuk bincang-bincang kali ini aku cuma mampu tawarkan sunyi.
otak dan hatiku belum mampu kompromi.